Last Update : 2011-11-07 10:17:31
Pikiranku berbalik lagi ke zaman semasa aku kuliah dulu, ketika kulihat dosen-dosen perempuan yang pintar dan mapan disertai dengan kendaraan lumayan bagus yang dibawanya pulang pergi dari dan ke kampus. "Hebat ya ibu itu aku juga ingin seperti beliau," gumamku dalam hati semasa itu.
Kini, masa itu sudah lewat beberapa tahun. obsesiku untuk menjadi wanita karir nan cemerlang dan mapan belum tercapai juga. Pekerjaanku sebagi guru honorer menurutku biasa saja. Aku belum memberikan sesuatu yang yang memuaskan dalam pekerjaanku, masih banyak dalam diri ku ini yang harus di dorong lagi sehingga menjadi wanita yang aktif dan produktif serta mempunyai karir yang bagus disertai dengan gaji yang lebih dari cukup untuk membeli apa saja yang ku inginkan dari uang tersebut.
Aku terhenyak, sebenarnya nikmat Allah telah banyak datang kepadaku, semenjak dua tahun ini seseorang laki-laki yang saleh dan baik akhlaknya telah menikahiku, dia juga seseorang yang humoris. Aku senang bersamanya. Hidupku juga di lengkapi oleh seorang mujahid kecil yang selalu tersenyum untukku. tawa dan tangis disertai dengan kerewelannya menambah sempurna hidupku ini.
Alhamdulillah, kami tidak kekurangan karena suamiku sudah mempunya pekerjaan tetap, hingga sampai saat ini kebutuhanku tidak kekurangan walaupun aku belum bisa memiliki sesuatu yang besar yang aku butuhkan yaitu rumah, karena aku dan suamiku masih tinggal dengan orang tuaku, sampai saat ini.
Pagi sebelum suamiku pergi ke kantornya, suamiku menceritakan ia akan bertemu dengan ibu kepala dinas di instansinya. Saat mendengarnya aku terbayang lagi sosok-sosok wanita hebat yang bisa memimpin orang lain. Aku membalas, “Abi sebenarnya obsesi umi dari dulu memang ingin menjadi wanita hebat dan mempunyai karir yang bagus seperti itu."
Suamiku tersenyum dan menjawab, ”Umi, ingat tidak pas anak kita lahir dulu umi ingin dia jadi mujahid kan?,jadi anak yang saleh yang bisa membawa kita ke surga nanti, ingat tidak? dengan sedikitnya umi bekerja di luar membuat waktu umi bersama anak akan bertambah banyak dan cita-cita kita untuk membuatnya sukses dunia dan akhirat akan bisa terwujud. Bayangkan kalau sekiranya umi bekerja tiap hari dan pastinya kewajiban umi untuk merawatnya dan mendidiknya pasti akan sangat berkurang ..."
"Umi, wanita hebat bukan seperti ibu wanita karir yang gemilang karirnya, wanita hebat adalah ibu para syuhada. Ibu yang mendidik anak-anak saleh, menjadikan mereka syuhada, hingga kelak kita bisa bersama-sama berada di surga dan hanya Allah yang tahu itu semua. Hebat itu hanya kata manusia bukan menurut Allah. Umi bisa menjadi wanita hebat yang penting harus salehah dulu. ”
Aku tersenyum, obsesi macam apa yang ada dalam diriku. Ya Allah jadikanlah aku, dan para muslimah di dunia menjadi wanita yang salehah, kuat dan hebat ....
"Barang siapa yang pada pagi harinya merasa aman di rumah, sehat jasmaninya dan memiliki memiliki persediaan makanan yang cukup sehari, maka seakan-akan ia telah dikaruniai dunia beserta isinya." ( Al hadsh riwayat At tirmidzi dn ibnu Majah).
Penulis: Ifdhal Febrioza, Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar