Halaman

Assalamu'alaikum...perkenankan saya menawarkam produk busana muslim anak-anak yang berkualitas dengan harga bersaing...busana muslim anak memperhatikan trendnya saat ini dibutuhkan pasar karena maraknya skolah-skolah islam dan juga kegiatan TPA anak-anak dilingkungan..disadari atau tidak itu menambah quota permintaan akan baju muslim anak baik yang berharga mahal dengan merknya yang sudah ternama ato juga dengan harga yg sangat terjangkau dengan model yang sederhana saja...kami dari LITTLE QUEEN hendak memenuhi permintaan pasar yang sangat besar ini dengan coba memadukan bahan batik dan bahan katun dengan kombinasi polos sebagai koleksi terbaru kami next edition!! semoga para pembeli berkenan memberikan masukannya kepada kami... kontak kami via BB 25F26985 via twitter :bundayumna via FB:bundayumna manfaatkan diskon besar2an yang sedang kami aktifkan ini...LITTLE QUEEN hadir menjawab kegalauan teman-teman akan busana muslim anak yang berkualitas dengan harga terjangkau... HAPPY SHOPPING!!!!....

Rabu, 30 November 2011

Belajar Cintanya Siti Hajar Kepada Ibrahim

Belajar Cintanya Siti Hajar Kepada Ibrahim
Last Update : 2011-11-30 09:45:20 

“Assalamualaikum, mas, jam bera…  tuuuuuttttttt”, ucap Nisa geram yang kemudian terdengar suara putusnya signal handphone. Hal ini pun membuat Nisa bertambah geram.
Nisa pun bergumal dalam hati, “subhanallah, kemana sih mas, janji jam 2 akan menjemput Nisa, namun ini sudah setengah empat lebih, mana Nisa juga belum shalat ashar tapi mas belum jemput juga.” Nisa berjalan hilir mudik di depan pusat pertokoan dengan gugup gelisah. Nisa menghubungi sang suami yang janji akan menjemput pukul  2 siang di depan pertokoan Slipi Jaya.

Sebetulnya Nisa bisa saja pulang bersama kawan-kawannya yang bareng dengannya belajar masak di toko kue Nilasari di lantai 2 pusat pertokoan itu. Tujuan Nisa belajar membuat kue tart sendiri karena dalam bayangannya ketika ada acara-acara penting, dia ingin membuat kue tart buatan tangan sendiri.  Bagi Nisa tentu hal itu akan menyenangkan hati suami dan anak-anaknya. Dan mereka tentunya juga akan bangga pada Nisa karena kue yang dimakan banyak orang ternyata adalah buatan ibunya.

Jarak antara tempat Nisa belajar membuat kue dengan rumahnya sangat jauh, sehingga ketika berangkat dan pulang suaminya berjanji akan menjemput. Namun tunggu punya tunggu, Nisa akhirnya kebingungan dan kelelahan. Nisa pun akhirnya merutuk dan memaki sang suami yang tidak kunjung menjemput. Nisa pun akhirnya pulang naik taksi, lalu ketika sampai di rumah sekitar 15 menit sebelum magrib, betapa marahnya dia ketika melihat sang suami sedang santai menyiram tanaman di sore hari. Sang suami dengan alasan lupa dan handphonenya juga lagi di charge sambil menunjukkan wajah penyesalan lalu meminta maaf berulangkali pada Nisa. Namun semua itu tidak digubris oleh Nisa yang sudah sangat marah dan kesal karena menunggu suaminya berjam-jam tanpa kejelasan.

Sabar, mungkin itu kata yang tepat yang sebaiknya dilakukan oleh Nisa. Yaa, sabar mau apa lagi, bukankah hanya itu satu-satunya kata yang cukup ampuh bila kita berada di posisi Nisa yang sedang gundah gulana. Namun ada baiknya Nisa dan juga para istri melihat kembali bagaimana sabar dan tabahnya Siti Hajar yang mana ditinggal sendiri di padang gurun dengan bayi tanpa kemah, tanpa perlengkapan, tanpa makanan, tanpa handphone bahkan kehabisan air pula. Namun dikarenakan ketaatan sang istri kepada sang suami membuat Siti Hajar mampu melakukan apapun yang terdengar sangat mustahil seperti menunggu di padang gurun, bukan hanya berjam-jam namun berhari-hari bahkan bertahun-tahun tanpa kepastian yang jelas, tanpa kejelasan, tanpa siapa-siapa. Beliau hanya pasrah dan berserah diri kepada Allah, bersangka baik pada suami dan bersangka baik pada Allah.

Sikap Siti Hajar adalah sikap yang didasarkan rasa cinta kepada suaminya untuk taat yang luar biasa yang memang tidak masuk akal. Cinta itu yang menghasilkan ketaatan. Hasilnya luar biasa, semua orang yang pergi menunaikan ibadah umrah dan haji akan gagal ritual ibadahnya bila tidak mengikuti langkah kaki Siti Hajar kala melewati sofa dan mawah. Semua mengikuti apa yang dilakukannya ketika dalam keadaan ketaatan yang luar biasa, saat-saat tergenting dalam hidupnya yang kemudian diikuti dan direkam oleh hampir semua umat Islam yang menunaikan ibadah umrah dan haji sampai berates-ratus tahun lamanya setelah kematiannya, luarbiasa.

Apa ibrah dibalik semua itu? Sabar, taat dan hanya berserah diri kepada Allah. Selain itu juga bersangka baik, menahan amarah, tidak bergantung pada manusia walaupun itu adalah suami sendiri. Jadi ketika Nisa lama tidak dijemput suaminya dan dalam kasus diatas, Nisa menunggu berjam-jam, sebaiknya Nisa tidak perlu marah-marah yang berlebihan bahkan sampai mengutuk-ngutuk atau membentak suami. Seharusnya dalam menghadapi masalah ini, Nisa tenang saja, pulang dan kemudian berpikir positif. Bila sang suami ternyata betul-betul lupa, maka ingatkan dan jelaskan saja betapa sang istri sudah lama sekali menunggu sesuai dengan komitmen sebelum berpisah, yaitu dijemput pukul 2 siang, namun walaupun berat, ikhlaskan dan maafkan saja sang suami. Dan diambil positifnya saja, bila suami memiliki sifat pelupa mungkin karena banyak perkerjaan atau kesibukan, maka sang istri belajar mandiri dan tidak menggantungkan harapan kepada sang suami selama masih bisa dikerjakan sendiri.

Intinya semua persoalan ada jalan keluarnya dan lagi-lagi kunci penyelesaian dari semua permasalahan itu hanyalah satu, sabar dan bersangka baik kepada Allah, niscaya Allah yang akan memberi pertolongan dengan caranya yang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar